Psikologi
perkembangan mempelajari dan mengkaji perubahan-perubahan intra individual dan
perubahan-perubahan inter individual. Para ahli psikologi perkembangan
mempelajari perubahan yang mencakup seluruh rentang kehidupan mulai dari
pembuahan sampai akhir hayat. Psikologi
perkembangan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam
proses perkembangannya, yang dipelajari adalah proses perkembangan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku
individu. Sesuai dengan fase-fase dalam perkembangan individu, maka terdapat
pengkhususan pengkajian dalam psikologi perkembangan yaitu psikologi
perkembangan anak, psikologi perkembangan remaja, psikologi perkembangan orang
dewasa dan psikologi perkembangan usia lanjut.
PROSES DASAR
PERKEMBANGAN
Perkembangan yang terjadi pada individu manusia
mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku secara umum, yaitu:
·
Fase-fase
perkembangan
Proses
perkembangan individu manusia melalui beberapa fase yang secara kronologis
dapat diperkirakan batas waktunya. Dalam setiap fase akan ditandai denga ciri-ciri
tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase tersebut.
Fase-fase tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Permulaan
kehidupan (konsepsi)
2) Fase
prenatal (dalam kandungan )
3) Proses
kelahiran ( + 0 – 9 bulan )
4) Masa
bayi /anak kecil ( + 0 – 1 tahun )
5) Masa
kanak-kanak ( + 1 – 5 tahun )
6) Masa
anak-anak ( + 5 – 12 tahun )
7) Masa
remaja ( + 12 – 18 tahun )
8) Masa
dewasa awal ( + 18 – 25 tahun )
9) Masa
dewasa ( + 25 – 45 tahun )
10)Masa
dewasa akhir ( + 45 – 55 tahun )
11)Masa akhir kehidupan ( + 55 tahun ke atas )
·
Aspek-aspek
Perkembangan Manusia
Perkembangan
manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu :
1.
Fisik
2.
Intelektual
3.
Sosial
4.
Moral
5.
Bahasa
6.
Emosi dan Perasaan
7.
Minat
8.
Motivasi
9.
Sikap
10. Kepribadian
11. Bakat dan Kreativitas
TEORI-TEORI
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Teori-teori psikologi perkembangan yang dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah
laku manusia yaitu:
Suatu pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan
kekuatan ketidaksadaran yang dapat mendorong tingkah laku manusia. Psikoanalisis adalah metode penyembuhan yang
diperkenalkan Sigmund Freud supaya pasien mempunyai pengertian yang mendalam
mengenai konflik-konflik yang tidak disadari yang bersumber dari masa kecil
yang mempengaruhi tingkah laku dan emosi saat ini.
Sigmund Freud
bersama dengan Josefh Breuer melakukan praktik mengobati penderita histeria.
Dari praktik tersebut ia menemukan metode pengobatan yang disebut
psikoanalisis. Dalam mengkaji tingklah laku manusia pendakatan-pendekatan yang
digunakan adalah :
a)
Pendekatan Dinamik
Dalam teorinya Sigmund Freud menggunakan hokum/prinsip alam diantaranya
yaitu :
1)Hukum
konservasi energi
2) Prinsip
kesenangan
3)Prinsip
realitas
b)
Pendekatan Struktural
c)
Mekanisme Pertahanan Diri
d)
Pendekatan Topografi
e)
Pendekatan Bertahap
a.
Perkembangan Psikososial
Seperti halnya Freud, E. Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia
terdiri dari beberapa tahap. Setiap anak harus mampu mengatasi krisis atau
konflik yang terjadi pada setioap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis
yang akan dijumpai dalam kehidupan mendatang.
Dalam pandangannya Erikson
mengemukakan bahwa :
1) Anak adalah makhluk yang
aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol
lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasuf yang mau begitu saja
dibentuk oleh kedua orang tuanya.
2) Ego berfungsi utuk memahamki
realitas dunia sosial agar indivbidu yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri
dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi yang normal.
3) Secara mendasar manusia adalah mskhluk
yang nrasional, pikiran, perasaan dan tindakannya sebagian besar dikomtrol oleh
ego.
Seluruh
rentang kehiduapn manusia terdiri atas dleapan tahap, dan selam hidupnya manusia
akan menghadapi delapan macam krisis/konflik. Pada umumnya setiap krisis lebih
bersifat ‘sosial’ dan mem punyai imlikasi yang sangat nyata terhadap masa depan
individu yang bersangkutan. Kedelapan tahap tersebut sebagai berikut :
1). Tahap
1 : Basic Trust Versus Mistrust ( + sejak
lahir sampai 1tahun)
2). Tahap
2 : Autonomy Versus Shame doubt ( + pada
usia 2 tahunsampai 3 tahun).
3). Tahap
3 : Initiative Versus Guilt ( + pada
usia 4 tahun sampai 5 tahun)
4). Tahap
4 : Industry Versus Inferiority ( + pada
usia 6 tahun sampaipubertas)
5). Tahap
5 : Identity and Repudiation Versus Identity
Diffusion (masaremaja)
6). Tahap 6
: Intimacy and Solidarity Versus Isolation (masa muda)
7). Tahap
7 : Generativity Versus Stagnation and Self
Absorption
(terbentuklahsuatu
kesatuan yang berfungsi).
c.
Prinsip Epigenetik
Erikson
menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang
menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap.
Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh
keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.
Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia:
bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah
(7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir
20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya).
Sebagai
manusia anak tidak dikendalikan insting maupun di “cetak” oleh pengaruh
lingkungan. Tetapi anak
adalah seorang pengkonstruk (contructivist). Yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin
tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai intepretasi (penafsirannya)
tentang cirri-ciri esensi yang ditampilkan lingkungan.
Konstruksi anak tentang realitas (intepretasinya tentang lingkungan)
tergantung padatingkat perkembangan kognitifnya. Dengan
demikian perkembangan kognitif anak ditentukan oleh:
a.Bagaimana anak menanggapi kejadian-kejadian
yang ada dalam lingkungannya, dan
b.Apa efek dari kejadian-kejadian
tersebut terhadap perkembangan anak tersebut.
Anak
yang usianya berbeda akan membuat kesalahan berbeda pula dalam menjawab tes
intelegensi, selanjutnya Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi itu suatu
atribut yang multidimensional.
a.Intelegensi menurut pandangan
Piaget
1). Intelegensi adalah suatu fungsi
kehidupan yang mendasar yang membantu organisme
untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
2). Satu-satunya tujuan aktivitas
intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan
3). Lingkungan itu adalah
suatu tempat yang menarik dan penuh dengan pelbagai rangsangan
baru yang tidak segera dapat
dipahami anak yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
4). Intelegensi adalah suatu
atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari tiga komponen
yang saling berhubungan yaitu isi
intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.
b.Tingkat perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif
manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
1). Periode sensori motor
( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2). Periode praoperasional
( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3). Periode operasional
konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4). Periode operasional formal
( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )
Menurut
Bandura, dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih cepat hanya dengan
mengamati atau melihat perilaku orang lain. Dalam melakukan pengamatan terkait
juga unsur kognitifnya, yakni adanya proses di dalam diri yang mewakili
objek-objek yang nyata di luar apa yang diamati melalui alat inderanya.
a.
Fase memperhatikan (attention)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan.
Tidak adanya perhatian yang
terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan
pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu
terhadap suatu obyek dalam hal ini perilaku dari modal tertentu berkaitan
erat dengan adanya ingatnya.Pada anak berusia sekolah perhatian lebih bersifat
“sustained attention”, sementara “selective attention” adalah kemampuan untuk
memilih salah satu dari sekian banyak stimulus yang datang padanya. Selain disebabkan oleh adanya perkembangan perhatian, juga dapat
disebabkan oleh adanya kebutuhan dan minat
pribadi. Semakin erat hubungannnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian,
semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut, dan demikian pula
sebaliknya.
b.
Fase menyimpang (retention)
Fase ini merupakan kelanjutan
dari fase perhatian. Setelah memperhatikan dengan
seksama, dan mengamati perilaku dari model tertentu maka pada saat
lain individu akan
memperhatikan tingkah laku yang
sama dengan model tersebut. Ini berarti individu memperhatikan, mengingat dan menyimpan stimulus yang
diterimanya dalam “long term memory” dalam bentuk symbol-simbol. Menurut
Bandura, bentuk-bentuk symbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan
visual, tetapi juga melalui verbalisasi.Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya
masih terbatas, maka kemampuan menirunya hanya terbatas pada kemampuan untuk
melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual.
c.
Fase mereproduksi (reproduction)
Fase ini berkaitan dengan kemampuan motorik individu
dalam mereproduksi
perilakunya secara tepat. Semua hasil pengamatan
tersebut dicamkannya dalam “long term memory” untuk sewaktu-waktu direproduksi
ulang. Dalam hal ini dituntut keterampilan motorik tertentu dari diri untuk
mempraktekkan apayang sudah dilihat.
d.
Fase motivasi (motivation)
Apakah hasil pengamatannya terhadap perilaku tertentu
akan diwujudkan dalam
perilaku nyata? Hal ini tergantung pada ada atau
tidaknya motivasi dalam diri individu. Apabila motivasinya kuat untuk
mewujudkan perilaku tersebut dalam bentuk nyata, maka ia akan melakukannya.
Sering kali motivasi berhubungan pula dengan ada tidaknya faktor penguat
terhadap perilaku tersebut, baik penguat dalam bentuk pemberian pujian ataupun
hadiah.
Penganut
teori ini pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia
mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya, mencapai aktualisasi diri (self actualization).Mereka juga
berpandangan holistik terhadap perkembangan manusia, yaitu manusia itu harus
dilihat sebagai lebih dari sekadar sekumpulan dorongan-dorongan,
instink-instink, atau pengalaman masa lalu.Bagi mereka setiap orang adalah
manusia seutuhnya, unik dan patut dihargai.Pandangan ini dikenal pula sebagai
eksistensialisme dan psikologi fenomenologi yaitu pandangan yang mencoba untuk
memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu sendiri dan bukan dari sudut
pengamat.
Dua pakar
dalam pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
a.
Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang
biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para
klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat
secara mental. Maslow (1968, dalam Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa
“sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan
sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia
adalah sehat”.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan
menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan
yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa
hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya.
b.
Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang
menyatakan bahwa semua orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk
mengaktualisasikan potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi
manusia yang berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981
dalam Berger 1983 ; 44). Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu
ideal self atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi
seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu
berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang
ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara
meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara
memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi
emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan
realistic.
Rogers juga percaya bahwa dalam
proses menjadi seseorang yang berfungsi penuh, diperlukan panduan dari dan oleh
orang-orang yang penting dalam hidup kita, yaitu orang-orang yang dapat
digolongkan sebagai “significant others” (orang-orang yang berarti) seperti
orang tua atau teman-teman karib kita yaitu orang-orang yang merawat kita dan
mencintai, menerima dan menghargai kita apapun yang kita perbuat (orang-orang
yang bersikap positif tanpa syarat).
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan
ini, juga menarik bagi para ahli psikologi perkembangan karena mereka
berpandangan bahwa perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dapat terjadi
dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari kelahiran sampai akhir kehidupan.
Segi lain yang menarik, dari teori humanistic adalah sudut pandangnya yang
luas, yang memungkinkan para peneliti untuk memandang perkembangan sebagai
suatu keseluruhan yang juga merupakan suatu perbaikan terhadap pandangan para
penganut teori perilaku (behaviorist) yang agak sempit itu. Dari teori
humanistic ini, kita bisa melihat adanya tekanan pada potensi manusia sebagai
dasar dari perkembangan manusia, dan hasil ilmiahnya dapat diterjemahkan ke
dalam program-program praktis untuk merangsang dan meningkatkan perkembangan
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
.
Lahey,Benyamin,B. 2005. Psychology an Introduction. 11 edition. New
York. McGraw- Hill Book
Company.
. Hurlock,
Elizabeth. 2010. Psikologi Perkembangan edisi lima. Jakarta:
Erlangga.
. Monks,
F,J. 1982. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar