Rabu, 18 Juni 2014

psikologi perkembangan



Psikologi perkembangan mempelajari dan mengkaji perubahan-perubahan intra individual dan perubahan-perubahan inter individual. Para ahli psikologi perkembangan mempelajari perubahan yang mencakup seluruh rentang kehidupan mulai dari pembuahan sampai akhir hayat. Psikologi perkembangan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam proses perkembangannya, yang dipelajari adalah proses perkembangan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku individu. Sesuai dengan fase-fase dalam perkembangan individu, maka terdapat pengkhususan pengkajian dalam psikologi perkembangan yaitu psikologi perkembangan anak, psikologi perkembangan remaja, psikologi perkembangan orang dewasa dan psikologi perkembangan usia lanjut.

PROSES DASAR PERKEMBANGAN
Perkembangan yang terjadi pada individu manusia mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku secara umum, yaitu:
·         Fase-fase perkembangan
Proses perkembangan individu manusia melalui beberapa fase yang secara kronologis dapat diperkirakan batas waktunya. Dalam setiap fase akan ditandai denga ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase tersebut.
Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
1) Permulaan kehidupan (konsepsi)
2) Fase prenatal (dalam kandungan )
3) Proses kelahiran ( +  0 – 9 bulan )
4) Masa bayi /anak kecil ( +  0 – 1 tahun )
5) Masa kanak-kanak ( +  1 – 5 tahun )
6) Masa anak-anak ( + 5 – 12 tahun )
7) Masa remaja ( + 12 – 18 tahun )
8) Masa dewasa awal ( +  18 – 25 tahun )
9) Masa dewasa ( +  25 – 45 tahun )
10)Masa dewasa akhir ( + 45 – 55 tahun )
11)Masa akhir kehidupan ( + 55 tahun ke atas )

·         Aspek-aspek Perkembangan Manusia
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu :
1.      Fisik
2.      Intelektual
3.      Sosial
4.      Moral
5.      Bahasa
6.      Emosi dan Perasaan
7.      Minat
8.      Motivasi
9.      Sikap
10.  Kepribadian
11.  Bakat dan Kreativitas

TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
       Teori-teori psikologi perkembangan yang dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah laku manusia yaitu:

Suatu pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan kekuatan ketidaksadaran yang dapat mendorong tingkah laku manusia. Psikoanalisis adalah metode penyembuhan yang diperkenalkan Sigmund Freud supaya pasien mempunyai pengertian yang mendalam mengenai konflik-konflik yang tidak disadari yang bersumber dari masa kecil yang mempengaruhi tingkah laku dan emosi saat ini.
Sigmund Freud bersama dengan Josefh Breuer melakukan praktik mengobati penderita histeria. Dari praktik tersebut ia menemukan metode pengobatan yang disebut psikoanalisis. Dalam mengkaji tingklah laku manusia pendakatan-pendekatan yang digunakan adalah :
a)      Pendekatan Dinamik
Dalam teorinya Sigmund Freud menggunakan hokum/prinsip alam diantaranya yaitu :
1)Hukum konservasi energi
2) Prinsip kesenangan
3)Prinsip realitas
b)      Pendekatan Struktural
c)      Mekanisme Pertahanan Diri
d)     Pendekatan Topografi
e)      Pendekatan Bertahap

a.       Perkembangan Psikososial
Seperti halnya Freud, E. Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap. Setiap anak harus mampu mengatasi krisis atau konflik yang terjadi pada setioap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis yang akan dijumpai dalam kehidupan mendatang.
Dalam pandangannya Erikson mengemukakan bahwa :
1)  Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasuf yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya.
2) Ego berfungsi utuk memahamki realitas dunia sosial agar indivbidu yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi yang normal.
     3) Secara mendasar manusia adalah mskhluk yang nrasional, pikiran, perasaan dan tindakannya sebagian besar dikomtrol oleh ego.

Seluruh rentang kehiduapn manusia terdiri atas dleapan tahap, dan selam hidupnya manusia akan menghadapi delapan macam krisis/konflik. Pada umumnya setiap krisis lebih bersifat ‘sosial’ dan mem punyai imlikasi yang sangat nyata terhadap masa depan individu yang bersangkutan. Kedelapan tahap tersebut sebagai berikut :
1).  Tahap 1     :  Basic Trust Versus Mistrust ( + sejak lahir sampai 1tahun)
2).  Tahap 2     :  Autonomy Versus Shame doubt ( + pada usia 2 tahunsampai 3 tahun).
3).  Tahap 3     :  Initiative Versus Guilt ( + pada usia 4 tahun sampai 5 tahun)
4).  Tahap 4     :  Industry Versus Inferiority ( + pada usia 6 tahun sampaipubertas)
5).  Tahap 5     :  Identity and Repudiation Versus Identity Diffusion (masaremaja)
6).  Tahap 6     :  Intimacy and Solidarity Versus Isolation (masa muda)
7).  Tahap 7     :  Generativity Versus Stagnation and Self Absorption
   (terbentuklahsuatu kesatuan yang berfungsi).
c.       Prinsip Epigenetik
Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya).

Sebagai manusia anak tidak dikendalikan insting maupun di “cetak” oleh pengaruh lingkungan. Tetapi anak adalah seorang pengkonstruk (contructivist). Yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai intepretasi (penafsirannya) tentang cirri-ciri esensi yang ditampilkan lingkungan.
Konstruksi anak tentang realitas (intepretasinya tentang lingkungan) tergantung padatingkat perkembangan kognitifnya. Dengan demikian perkembangan kognitif anak ditentukan oleh:
a.Bagaimana anak menanggapi kejadian-kejadian yang ada dalam lingkungannya, dan
b.Apa efek dari kejadian-kejadian tersebut terhadap perkembangan anak tersebut.
      Anak yang usianya berbeda akan membuat kesalahan berbeda pula dalam menjawab tes intelegensi, selanjutnya Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi itu suatu atribut yang multidimensional.

a.Intelegensi menurut pandangan Piaget
1). Intelegensi adalah suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang  membantu organisme
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2). Satu-satunya tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan
3).  Lingkungan itu adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan pelbagai rangsangan
baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
4).  Intelegensi adalah suatu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari tiga komponen
yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.

b.Tingkat perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
1).  Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2).  Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3).  Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4).  Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )

Menurut Bandura, dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih cepat hanya dengan mengamati atau melihat perilaku orang lain. Dalam melakukan pengamatan terkait juga unsur kognitifnya, yakni adanya proses di dalam diri yang mewakili objek-objek yang nyata di luar apa yang diamati melalui alat inderanya.
a.       Fase memperhatikan (attention)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang
terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek dalam hal ini perilaku dari modal tertentu berkaitan erat dengan adanya ingatnya.Pada anak berusia sekolah perhatian lebih bersifat “sustained attention”, sementara “selective attention” adalah kemampuan untuk memilih salah satu dari sekian banyak stimulus yang datang padanya. Selain disebabkan oleh adanya perkembangan perhatian, juga dapat disebabkan oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi. Semakin erat hubungannnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut, dan demikian pula sebaliknya.

b.      Fase menyimpang (retention)
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase perhatian. Setelah memperhatikan dengan
seksama, dan  mengamati perilaku dari model tertentu maka pada saat lain individu akan
memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Ini berarti individu memperhatikan, mengingat dan menyimpan stimulus yang diterimanya dalam “long term memory”  dalam bentuk symbol-simbol. Menurut Bandura, bentuk-bentuk symbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga melalui verbalisasi.Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan menirunya hanya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual.

c.       Fase mereproduksi (reproduction)
Fase ini berkaitan dengan kemampuan motorik individu dalam mereproduksi
perilakunya secara tepat. Semua hasil pengamatan tersebut dicamkannya dalam “long term memory” untuk sewaktu-waktu direproduksi ulang. Dalam hal ini dituntut keterampilan motorik tertentu dari diri untuk mempraktekkan apayang sudah dilihat.

d.      Fase motivasi (motivation)
Apakah hasil pengamatannya terhadap perilaku tertentu akan diwujudkan dalam
perilaku nyata? Hal ini tergantung pada ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu. Apabila motivasinya kuat untuk mewujudkan perilaku tersebut dalam bentuk nyata, maka ia akan melakukannya. Sering kali motivasi berhubungan pula dengan ada tidaknya faktor penguat terhadap perilaku tersebut, baik penguat dalam bentuk pemberian pujian ataupun hadiah.

Penganut teori ini pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, mencapai aktualisasi diri (self actualization).Mereka juga berpandangan holistik terhadap perkembangan manusia, yaitu manusia itu harus dilihat sebagai lebih dari sekadar sekumpulan dorongan-dorongan, instink-instink, atau pengalaman masa lalu.Bagi mereka setiap orang adalah manusia seutuhnya, unik dan patut dihargai.Pandangan ini dikenal pula sebagai eksistensialisme dan psikologi fenomenologi yaitu pandangan yang mencoba untuk memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu sendiri dan bukan dari sudut pengamat.
Dua pakar dalam pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
a.       Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat secara mental. Maslow (1968, dalam  Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia adalah sehat”.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya.

b.      Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi manusia yang berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981 dalam Berger 1983 ; 44). Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal self  atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan realistic.
Rogers juga percaya bahwa dalam proses menjadi seseorang yang berfungsi penuh, diperlukan panduan dari dan oleh orang-orang yang penting dalam hidup kita, yaitu orang-orang yang dapat digolongkan sebagai “significant others” (orang-orang yang berarti) seperti orang tua atau teman-teman karib kita yaitu orang-orang yang merawat kita dan mencintai, menerima dan menghargai kita apapun yang kita perbuat (orang-orang yang bersikap positif tanpa syarat).
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan ini, juga menarik bagi para ahli psikologi perkembangan karena mereka berpandangan bahwa perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dapat terjadi dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari kelahiran sampai akhir kehidupan. Segi lain yang menarik, dari teori humanistic adalah sudut pandangnya yang luas, yang memungkinkan para peneliti untuk memandang perkembangan sebagai suatu keseluruhan yang juga merupakan suatu perbaikan terhadap pandangan para penganut teori perilaku (behaviorist) yang agak sempit itu. Dari teori humanistic ini, kita bisa melihat adanya tekanan pada potensi manusia sebagai dasar dari perkembangan manusia, dan hasil ilmiahnya dapat diterjemahkan ke dalam program-program praktis untuk merangsang dan meningkatkan perkembangan secara optimal.





DAFTAR PUSTAKA

. Lahey,Benyamin,B. 2005. Psychology an Introduction. 11 edition. New York. McGraw- Hill Book Company.

. Hurlock, Elizabeth. 2010. Psikologi Perkembangan edisi lima. Jakarta: Erlangga.

. Monks, F,J. 1982. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah  Mada University Press.